GREEN CHRISTMAS PHOTOBOOTH
Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) terus mengingatkan umat Katolik agar selalu merawat bumi sehingga terjaga kelestariannya. Salah satu upaya yang dilakukan KAJ adalah ajakan kepada paroki se-Jakarta untuk ikut Festival Green Christmas Photobooth. Kali ini festival ditawarkan kepada Seksi Keadilan dan Perdamaian.
Panik!! Itulah reaksi kami. Jika ingin berpartisipasi, proses persiapan hingga penyelesaian photobooth kurang dari sebulan. Dukungan pastor Celsius Mayabubun, MSC, Dewan Paroki, seksi-seksi di paroki dan umat, membuat kami berani melangkah maju. “Bagaimana jika tema photobooth adalah ‘Mencintai Bumi Rumah Kita Bersama’?,” saran bu Lucia. “Hmmm..... kita jabarkan dalam kehidupan laut saja, karena salah satu lambang gereja Kedoya ada ikannya,” usul Donna.
Gambar roti dan ikan dalam balutan bentuk Alfa-Omega, terpahat di bawah patung Santo Andreas di halaman gereja kami. Di masa lalu, Yesus memberkati lima roti dan dua ikan untuk makanan 5.000 orang. Berkat berlimpah dari Tuhan, sudah selayaknya dibagikan kepada sesama pula. Makna ikan lainnya berkaitan dengan filosofi ikan. Ikan selalu berenang maju, melalui arus tenang maupun arus deras. Ibarat ikan, manusia diharapkan dapat selalu bergerak maju dalam menjalankan kehidupan. Mampu bertahan sesuai dengan prinsip yang baik dan tulus dalam menghadapi pengaruh lingkungan yang kurang baik. Ikan sebagai makanan dan ikan sebagai mahluk hidup, memenuhi benak kami. Terpilihlah akuarium beserta isinya sebagai pengingat umat agar selalu turut serta menjaga kelestarian lingkungan lautan. Langkah awal adalah membuat bingkai akuarium. Gio mendapat bambu panjang dari onggokan barang bekas perbaikan gereja. Bambu dipotong lalu diberi bentangan kawat ayam dan dikaitkan ke tembok gereja. Sampah pembungkus furniture aula gereja, dijadikan tirai plastik biru muda seolah-olah laut, diserakkan seolah gundukan bukit pasir di laut. Langkah selanjutnya adalah pemilihan tanaman.
“Seksi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan (HAAK) ingin berbagi kepada para undangan dalam acara Hari Perdamaian di awal Januari 2018. Mereka ingin membagikan tanaman sebagai buah tangan di akhir acara. Tanaman dari photobooth dapat digunakan dalam acara ini,” ujar Shinta. Namun, tidak semua orang menyukai tanaman. Tetapi semua hal yang kecil, lebih disukai sehingga mudah diterima. Diperlukan tanaman kecil, indah, dapat diletakkan di dalam ruangan serta mudah perawatannya. Tujuannya sebagai motivasi awal rasa cinta tanaman bagi sang penerima. Pilihan pun jatuh pada sukulen, kaktus tak berduri. Puring, bromelia, pakis,
lili paris dan sansiviera, dari halaman gereja, turut disandingkan dengan aneka sukulen tersebut.
“Sukulen yang imut akan dimasukkan dalam botol gantung. Disusun melingkari pralon agar menarik dan hemat ruangan,” usul Agnes. Bahan pralon diperoleh dari bekas dekorasi pengantin. Dengan dililit kawat ayam, jadilah pot vertikultur berisikan aneka sukulen. Sebagai pelengkap, ditancapkan ranting kering yang berdandan cantik dengan lampu Natal. Pot vertikultur sederhana ini, diharapkan dapat jadi inspirasi umat bertanam di lahan sempit sekaligus dapat dijadikan hiasan dalam ruangan.
Program seksi Lingkungan Hidup berupa pemilahan sampah botol, memudahkan pengumpulan botol-botol bekas air kemasan dari umat. Botol-botol digunting, dilubangi dan diberi kawat untuk pot gantung berisi sukulen dan lili paris. Sebagian botol ada yang digantung di pralon vertikultur. Sebagian lagi digantung di layar kawat ayam dan dibentuk badan ikan, sedangkan kepala dan ekor dibuat dari kardus yang dicat akrilik
“Saya dan teman-teman akan membuat boneka. Mudah caranya sehingga cepat selesai,” tutur ibu Henny. Dalam sekejap, ratusan kaos bekas layak pakai dari umat paroki, berubah bentuk menjadi boneka ubur-ubur. Setiap kaos digulung, dilipat lalu diikat dengan karet gelang. Ditambah seutas pita dan stiker mata, jadilah si ubur-ubur genit. Lirak-lirik dan kedap-kedip mata ubur-ubur akan tampak di pohon Natal. Peti telor dipilih sebagai meja pohon Natal sekaligus rak tanaman.
Tampah yang sering dimanfaatkan untuk penyajian aneka cemilan dalam program “Coffee Morning”, kami pinjam pula. Tampah diberi stiker berisi slogan-slogan pendek pengingat gaya hidup cinta lingkungan, seperti : Pan-tik- foam, hemat air, ayo BBM, Reuse-Recycle- Reduce, no smoking, save tree, save energy, cleanwater. Penggunaan tampah sebagai benang merah agar tampilan photobooth serasi dengan dekorasi di gereja. Sentuhan akhir adalah memberi bintang laut, kerang dan kuda laut, dan gurita dari kardus bekas. Berkat keterlibatan umat dan panitia Natal, “akuarium” sepanjang 7 meter dan tinggi 2,7 meter dapat berdiri tegak di teras gereja sejak tanggal 22 Desember 2017 hingga 6 Januari 2018. Umat dapat berfoto di sudut kiri dengan pot vertikulture atau di tengah dengan latar belakang ikan dalam akuarium dan berlanjut ke sudut kanan dengan dua pohon Natal boneka.
Usai gelaran photobooth, kawat loket dan bambu akan digunakan sebagai kandang ayam oleh karyawan gereja. Stiker slogan-slogan dilepas sehingga tampah dapat digunakan di dapur umum paroki. Tanaman dibagikan untuk murid-murid sekolah St.Andreas sebagai salah satu program sekolah agar anak-anak menyayangi tanaman sejak dini. Sukulen akan diberikan kepada masyarakat sekitar gereja dalam acara peringatan Hari Perdamaian yang diselenggarakan oleh seksi HAAK. Ranting-ranting dan tanaman pendukung lainnya akan dimanfaatkan sub sie Dekorasi untuk dekorasi altar hijau. Pralon akan dilubangi untuk pot vertikultur. Plastik dan botol bekas akan dijual. Kaos-kaos yang telah dibentuk boneka ubur-ubur akan diberikan ke SPSE untuk dibagikan kepada mereka yang membutuhkannya.
Terima kasih kepada pastor-pastor paroki, seluruh umat yang membantu baik moril maupun material sehingga photobooth dapat selesai tepat waktu. Kegembiraan dan kebersamaan di antara kami membuat pekerjaan berat jadi ringan. Semoga kesadaran untuk menjaga kebersihan lautan, turut meresap di hati kami. Marilah selalu bersyukur dan mencintai bumi, rumah kita bersama. (S’linkH – dokumentasi Aswin)